Menurut sebuah penelitian bahwa tepung ketan yang baik mengandung
amilopektin yang lebih banyak dibandingkan dengan tepung-tepung
lainnya. Amilopektin ini menyebabkan tepung ketan putih menjadi
terlihat lebih pulen dibandingkan dengan tepung lainnya. Semakin
tinggi kandungan amilopektin pada pati maka semakin pulen pati
tersebut.
Didalam tepung ketan putih yang baik terkandung zat gizi, antara
lain: 80% karbohidrat, 4% lemak, 6% protein, dan 10% air.
Karakteristik tepung ketan yang baik adalah berwarna putih bersih,
tidak berbau apek, serta bebas dari kotoran, jamur, dan serangga.
Tekstur yang dihasilkan oleh tepung ketan mirip dengan tepung beras,
tetapi bila diraba tepung ketan terasa lebih berat melekat. Dan
untuk membedakannya dengan tepung beras, dapat dilarutkan dengan
sedikit air. Larutan tepung beras yang dihasilkan nantinya akan lebih
encer sedangkan larutan tepung ketan akan lebih kental. Hal itu
dikarenakan tepung ketan mengandung lebih banyak pati.
Untuk mendapatkan tepung ketan putih yang baik maka dapat
diperhatikan parameter yang menunjangnya, antara lain:
Bau
Jika tepung ketan putih berbau apek /tidak sedap akan menurunkan
kualitas produk akhir dalam pengolahannya. sebagai contoh kue klepon,
sering kita temukan pada produk tersebut memiliki bau yang tidak
sedap sehingga membuat kita tidak selera untuk mengkonsumsinya.
Bau pada tepung ketan ini dipengaruhi oleh kualitas ketan putihnya,
pada saat proses pengeringan yang terlalu lama atau suhu yang
digunakan terlalu tinggi akan membentuk aroma tidak sedap disamping
bau gosong yang dihasilkan.
Rasa
Rasa yang harus dimiliki oleh tepung ketan yang baik adalah normal
dimana tidak berasa asin, maupun manis.
Warna
Warna pada tepung ketan yang baik adalah putih dan tidak kecoklatan.
Kehalusan
Tekstur kehalusan dari tepung ketan putih tidak sehalus yang dimiliki
oleh tepung terigu. Tepung ketan putih ini memiliki tekstur yang
lebih kasar hampir sama seperti tepung beras. Bila diraba tepung
ketan akan terasa lebih berat melekat. Kehalusan yang berbeda ini
dapat dikarenakan proses pengayakan yang tidak menggunakan pengayak
lebih halus.
Untuk mengukur kualitas tepung ketan putih dapat dilakukan dengan
mengukur karakteristik tepung ketan tersebut, dengan cara:
Mengukur Bau
Diukur menggunakan indra penciuman. Tepung ketan dikatakan layak jika
berbau khas tepung ketan, Tidak apek dan tidak tengik.
Mengukur Rasa
Pengukuran rasa pada tepung ketan dapat menggunakan indra pengecap
dengan mengambil contoh sampel dan dirasakan. Tepung ketan memiliki
rasa normal dan tidak berasa tengik. Ketengikan diakibatkan reaksi
oksidatif.
Mengukur Warna
Derajat putih tepung ketan diukur dengan menggunakan alat Kett
Electric Laboratory C-100-3 Whitenessmeter. Sebelum digunakan alat
dikalibrasi dengan standar derajat putih yaitu BaSO4 yang memiliki
derajat putih 100% (110.8). Setelah dikalibrasi, derajat putih sampel
dapat diukur dengan memasukkan sejumlah sampel dalam wadah sampel
yang tersedia sampai benar-benar padat, kemudian wadah ditutup. Wadah
yang telah berisi sampel dimasukkan ke dalam tempat pengukuran lalu
nilai derajat putih akan keluar pada layar (A). Derajat putih diukur
dengan cara sebagai berikut:
DP (%) = A x 100%
Nilai Standar BaSO4 (110.8)
Keterangan :
DP = derajat putih (%)
A = nilai terbaca pada alat
Mengukur Kehalusan
Kehalusan diukur dengan menggunakan alat Digital Sieve Shaker. Alat
ini bekerja dengan menggunakan beberapa susunan ayakan atausaringan,
serta menggunakan getaran berupa gelombang dengan satuanamplitude.
Ayakan yang digunakan berjumlah tiga buah yang disusundari ukuran
lubang terkecil sampai terbesar, lalu dipaling bawah diberiwadah
untuk menampung sisa sampel. Setting pengayakan yang digunakan adalah
dengan getaran sebesar 60 amplitudo dan selama 15 menit, sedangkan
ayakan yang digunakan yaitu ayakan no.50 (300mm),no.100 (150mm), dan
no. 140 (106mm).
Pengukuran dilakukan dengan menimbang sejumlah sampel lalu ditaburkan
secara merata pada ayakan paling atas. Kemudian ayakan ditutup dan
alat dihidupkan. Lalu kehalusan diketahui dengan menghitung
persentase jumlah sampel yang lolos ayakan.
Kehalusan diukur dengan cara sebagai berikut:
% Kehalusan = 100% - (% sampel yang tidak lolos ayakan)
= 100% - ((D:W) x 100%)
Keterangan :
D = bobot sampel yang tertinggal di ayakan (g)
W = bobot sampel (g)
Bentuk dan ukuran pati diamati dengan menggunakan Olympus BH-2
Polarized Light Microscope. Sejumlah sampel ditambahkan dengan
aquades kemudian diteteskan dalam gelas objek dan ditutup dengan kaca
penutup. Sampel diamati dibawah lensa mikroskop kemudian difoto
dengan menggunakan kamera Olympus C-33AD-4 yang telah terpasang pada
mikroskop.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah membantu memperbaiki blog ini dengan komentar-komentar yang membangun.